Sabtu, 29 Agustus 2009

Oleh Tangan Yang Sama



Oleh tangan sama kita semua diciptain N. Oleh tangan yang sama juga semua hal yang baik dan buruk diciptain, terang dan gelap, cinta dan benci, ketiadaan dan keadaan, timur dan barat, melodi yang indah mengayun juga irama yang menghentak, tangis dan tawa, hidup dan mati. Yang sulit buat diyakinin adalah apakah kita tau tujuan dari penciptaan kita sendiri? Apakah kita percaya bahwa Tangan itu menunjukkan jalan yang benar? Apakah kita percaya kalau Tangan itu sudah manyiapkan semuanya saya maksud benar-benar semuanya untuk kita, dan sisanya tergantung kita?

Kata-kata "oleh tangan yang sama" pertama saya liat di Alkemis bikinan Om Paolo. BUku lama sie sebenernya, tapi saya baru dapat gratisannya lewat e-book. Kemunculan pertamanya waktu ada saudagar mesir yang idup di tepi sungai Nil kena bencana, singkat cerita kita ga perlu takut keilangan semua yang kita punya karena semua ditulis oleh Tangan yang sama. Penampakan kedua kata-kata itu ada dalam cerita waktu Sang Bocah ketemu Pak Alkemis,,terus pedangnya Pak Alkemis nempel di kening sang Bocah, singkat cerita lagi Sang Bocah bilang "Tuhan nyiptain tentara, Tuhan nyiptain elang-elang, Tuhan juga ngajarin bahasa burung, semua ditulis oleh Tangan yang sama." Sang bocah percaya bahwa ada suatu bahasa universal tanpa kata yang digunakan untuk berkomunikasi antar sesama makhluk-Nya, manusia, hewan, gurun, angin, matahari juga Tuhan itu sendiri.

Menarik....

Lebih menarik lagi ketika ada satu Agama MOnoteis memiliki kesamaan pemahaman tentang satu hal dengan agama yang notabene atheis, Islam dan Budha (saya ga akan jelasin kenapa sebenernya BUdha itu atheis, lain kali aja). Mungkin ini bukan masalah kepercayaan adanya Tuhan atau ga tapi masalah kedalaman pemahaman tentang bagaimana menjadi seorang hamba pada yang tertinggi. Om Mario pernah bilang, pada dasarnya kita semua adalah hamba, maka menghambalah pada yang paling tinggi (Yang Paling Tinggi).

Beberapa hari yang lalu, Ibu ngeliat Abu Shankar, saya ga dengerin, karena saya ga suka sama orang yang tiap hari ngomongnya sama di Tipi terus bangga sama kekonsistenannya itu, saya ga suka ma orang yang ga bisa dengerin orang lain waktu ditelepon, saya nyium penipuan dalam nada orang itu intinya walopun saya ga bisa jelasin (orang jepang bilang ini namanya 'sakki'). Dia bilang kalo kita sholat jadilah kayak orang mati, ga berkemauan, ga ada niatan apapun selain penyerahan diri total sama Dia (yang beberapa hari kemudian dia bantah sendiri kalo sholat itu harus sadar sesadar-sadarnya kalo kita lagi sholat, maksud saya, mana ada orang mati yang sadar!!!), yang saya pertanyakan lantas dimana posisi permohonan dan doa-doa kita?.

Kemudian entah beberapa hari, saya baca buku tentang zen, yang njelasin hal yang sama kalo BUnan, seorang master Zen bilang: Meskipun hidup, jadilah orang mati, benar-benar mati dan berbuatlah sekehendakmu, dan semuanya akan baik. Dia bilang kalo posisi mengasihi Tuhan adalah mejadikan kita dalam kodisii "tiada-diri", terbebas dari segala motivasi kesadaran. Pertanyaannnya, kan kita tetep jadi budak dari ketidaksadaran kita?

Lantas apa sebenernya kebebasan itu? NI, OMONG KOSONG, ga ada yang namanya kebebasan, kita selalu jadi budak dari ego kita, rasa lapar, haus, nafsu, keingintahuan, keinginan untuk berkuasa atas orang lain, keinginan untuk diakui keberadaan kita, keinginan untuk menyendiri, keinginan untuk bersosialisasi, keinginan untuk menjadi sama dan diterima, untuk menjadi beda dan mengungkap diri, SEMUA DICIPTAIN OLEH TANGAN YANG SAMA, BUKAN PUNYA KITA!!!

Saya pikir mungkin N bertanya-tanya, lantas apa arti kebebasan berpendapat, kebebasan untuk berusaha mencari kekayaan dan penghasilan, kebebasan dari rasa takut, kebebasan beragama, kebebasan orientasi seksual, kebebasan berekspresi. Dalam artian yang dangkal, kita memanjakan id dan superego kita sendiri, dalam aturan yang dangkal, semua kebebasan kita bertabrakan dengan kebebasan orang lain, contoh: kebebasan kita dengerin musik yang kita suka, dibatasi sama kebebasan telinga orang lain untuk ga denger apa yang mereka ga suka. salah satu Psikolog pernah nulis kalo kebebasan sejati adalah bebas dari kebebasan itu sendiri (tolong kasi tau saya kalo ada yang inget namanya).Intinya SEMUA DITULIS OLEH TANGAN YANG SAMA.

Dari sekian banyak keyakinan dan pemikiran diatas ada satu kesimpulan yang saya yakini, Allah nyiptain manusia dengan potensi kebaikan dan keburukan, potensi untuk berhasil dan gagal, potensi untuk menjadi tipe jenis orang tertentu. Tugas manusia adalah berusaha dan berdoa, berusaha untuk memantaskan diri mereka atas keberuntungan yang mendukung segala sesuatu atas apa yang mereka doakan, karena bahkan faktor terkecil yang tidak signifikan pun dapat merubah hasil akhir dari nasib seseorang dan tetap tidak terlihat. Contoh kecil dari ketidakmampuan kita, gambarkan rasa mangga pada anak baru lahir yang belum pernah ngerasain mangga dan bayangkan dia ngerti bahasa kita, ajaib kalo kita bilang abis itu bahwa semua hal di dunia ini bisa di objektifikasi.

Singkat cerita, Ojaan dan Ihaan diciptain oleh tangan yang sama, dan kami akan berusaha untuk jadi yang terbaik bagi satu sama lain. Dan kamipun berdoa agar tangan kami kembali bersama (tentunya ga dalam arti harpi'ah...ha..ha..ha...). AMIN!!!



1 komentar:

  1. bingung mo komen apa
    "iya iya iya" aja ya
    masi lumayan drpd ak dzikir kan?

    *ak baca pas lagi nyanyi2 lagunya dewi lestari yg grow a day older itu. yg satu2nya kalimat yg kuhapal "if everything has been written down so why worry..."

    huahahahahaha
    auk ah. gag nyambung juga.

    BalasHapus